Soekarno dan Che guevara
pada usia ke 20 tahun dalam pidatonya di surabaya soekarno seorang proklamator Indonesia pertama yang mengenalkan identitas masyarakat muslim dengan peci hitamnya yang selalu setia beliau kenakan merupakan sosok founding father terbaik untuk kita kaji gaya kepemimpinan nya, tak hanya menjaga kesejahteraan masyarakat di Indonesia dalam berbangsa dan bertanah air satu namun juga mengajarkan toleransi dan dedikasinya terhadap islam perlu kita ketahui, terbukti saat masa nikita Khrushchev unisoviet (masa komunis) Soekarno mulai menjalin hubungan baik dengan negara tersebut dan berhasil berdiplomasi, Soekarno meminta Khrushchev untuk mendatangi sebuah desa kecil di uni soviet dengan tujuan utuk memugar makam salah satu ulama yang di kebumikan disana al hasil pemerintahan Uni Soviet waktu itu menyutujui meskipun berbeda agama namun Soekarno memberikan cara tersendiri untuk saling menghargai dan menghormati sehingga beliau sangat di segani oleh sahabatnya tersebut.

Tidak hanya bersahabat dengan Khrushchev  namun siapa sangka seorang Soekarno muda bersahabat dengan tentara revolusioner Cuba bernama Che Guevara, persahabatan mereka berawal dengan Pada tahun 1960  saat Soekarno mengunjungi Kuba, Bagi Sukarno mengunjungi Kuba sangat penting untuk membuktikan politik bebas aktif-nya. Kabarnya Presiden Ike Eisenhower tidak menyukai kunjungan Sukarno ke Kuba itu. Bahkan Ike Eisenhower sempat memanggil agen CIA untuk mengamati prospek kunjungan Sukarno ke Kuba.
Setahun sebelumnya tahun 1959, jagoan revolusi Che Guevara datang ke Jakarta dan bertemu Sukarno untuk menyampaikan undangan resmi dari Fidel Castro, pemimpin revolusi Kuba Saat itu Jakarta sedang hangat-hangatnya pembubaran Konstituante dan Sukarno baru saja dengan semangat mengembalikan sejarah Indonesia ke dalam garis Revolusi. Fidel memperhatikan gerakan Sukarno ini, dan ia mengirimkan Che ke Jakarta untuk berguru pada Sukarno sekaligus mengundangnya. Pada satu malam setelah Fidel membaca sebuah terjemahan tulisan Sukarno dalam bahasa Inggris soal ‘Indonesia Menggugat’ maka ia merasa apa yang dijadikan dalam tujuan revolusi Indonesia adalah sejalan dengan Revolusi yang inginkan di Kuba sebagai bentuk pemberontakan oleh fidel castro dan tentaranya.
Che Guevara,  bisa di katakana seorang jagoan revolusi Argentina yang dari muda berkelana dengan motornya mencari arti tentang masyarakat, sebuah pembebasan tak hanya itu pria yang berprofesi sebagai dokter itupun lebih memilih untuk mengambil kotak amunisi ketimbang kotak obat yang selalu menjadi temannya sebelum ia mengenal fidel castro. Che berpikir bahwa satu-satunya pembebasan adalah menghilangkan struktur masyarakat yang menindas. Lalu Che bergabung dengan Fidel membakar revolusinya dan menggulingkan diktator Fulgencio Batista. Dan akhirnya sejarah membawa Che bertemu dengan guru besar Revolusi dari Asia yaitu presiden Sukarno.
Mengutip percakapan soekarno dalam sebuah buku “Bagi saya, Che...bagi saya sebuah perubahan sejarah itu tidak boleh setengah-setengah, ia harus menjebol, ia harus memporakporandakan, dari situasi porak poranda itu kita bangun yang baru, bangunan masyarakat yang modern, terhormat dan memanusiakan manusia” kata Sukarno saat usai makan malam dengan Ernesto Che Guevara. Lalu Che memberi cerutu Kuba pada Sukarno yang mengajak Che bicara di teras Istana Negara. “Kamu lihat Che, bangunan ini adalah bangunan Belanda, kota-kota kami adalah contoh kota kolonial terbaik pada jamannya, di timur Jakarta ada kota bernama Bandung indahnya luar biasa, lalu ada juga bernama Kota Surabaya yang menjadi pelabuhan paling timur milik jaringan dagang Hindia Belanda sebelum Australia didirikan Inggris. Mereka sudah membangun permodalan dari abad demi abad, mereka sudah membangun benteng-benteng kesejahteraannya. Tapi Che, bangsa-bangsa yang mereka jajah hanya menjadi kuli...kuli dari kemauan mereka. Lalu kami sejak pergantian abad lalu, sadar bahwa satu-satunya jalan untuk membebaskan bangsa dari kekuliannya, dari perbudakannya adalah menjadi ‘bangsa tuan’ di negeri sendiri. Menjadi demikian terhormatnya, sehingga kami bisa menggali kekayaan kami, kami bisa membangun budaya kami, kami bisa menguasai diri kami sendiri. Lalu dengan rasa terhormat itu : Ekonomi kami, Kebudayaan Kami dan Pandangan-pandangan politik kami menjadi arus besar bagi sumbangan peradaban dunia”.......kata Sukarno sambil menghirup cerutu.

“Jadi apa yang Tuan Sukarno lakukan untuk itu” kata Che dengan pandangan berapi-api. Ia seakan melihat sang guru sedang menjelaskan konsep sosialisme, konsep kesejahteraan umum, konsep yang akan membawa masyarakat pada pembebasannya. “Bagiku Che, revolusi itu sebuah keharusan untuk membuka pintu sejarah baru. Saat ini sejarah yang berlangsung sudah berbeda dengan sejarah di abad-abad lampau. Pergerakan eksploitasi bukan lagi pada pendudukan-pendudukan koloni, tapi pada pergerakan arus modal. Arus modal inilah yang kemudian menjadi alat penindas antara pemilik modal dan tidak pemilik modal. Negara-negara baru jelas tidak punya modal, mereka belum ada waktu akumulasi modal, mereka baru memulai. Tapi setidak-tidaknya, Che yang kami pelajari bahwa untuk berjuang dalam situasi apapun, maka kuncinya cuma satu persatuan...persatuan....persatuan. Kami menang karena bersatu, andai seluruh negara-negara baru bersatu, maka penindasan modal itu menjadi medan pertarungan yang seimbang. Untuk itulah aku inginkan Indonesia menjadi lokomotif atas persatuan dari negara-negara baru, negara-negara yang baru saja melepaskan diri dari belenggu penjajahnya. Setelah persatuan, Che.....maka modal itu dialihkan pada kesejahteraan umum, pada bangunan-bangunan yang berguna untuk rakyat, bangun sekolah-sekolah. Dengan kekayaan yang ada kami bisa membangun jutaan unit sekolah untuk anak-anak kami, itulah awal dari revolusi kami” kata Sukarno dengan nada bangga. Ia melihat di depannya adalah anak muda yang berhasil mengalahkan sejarah kapitalisme, dan ia bangga.......
“Tuan Sukarno, sudikah tuan datang memenuhi undangan pemimpin kami, Fidel Castro?” kata Che dengan tersenyum. Sukarno menjawab sembari memamerkan gingsulnya yang terkenal itu bila tertawa ‘Saya bersedia anak muda”.
Kutipan percakapan tersebut sangat menjelaskan bahwa persahabatan che Guevara dan soekarno tidak didasari oleh kepentingan politik namun pertemuan dua jiwa yang sangat kental pada anti penindasan di negaranya masing-masing sejak saat itu kedua jagoan ini sangat bersahabat tidak hanya dalam diplomasi namun juga saling mendukung untuk revolusi.(gadis fajar)